(Top) Success is just as dazzling as Macaroons
Macaroons, siapa diantara kalian
yang belum mengenalnya? Such a meringue
baked cookies yang berasal dari tradisi dessert
di romantic country – Prancis ini,
begitu membahana di toko-toko kue di Indonesia belakangan ini.
Sensasi menikmati Macaroons ada
pada saat lapisan coating yang
melumer maksimal di mulut, sebelum kemudian, sang indra pengecap rasa berdansa
dengan aneka filling si Macaroons.
Lantas, bukankah kali ini aku
sedang diminta untuk membagi cerita tentang sukses? *wink* am I?,
Is just because I’m not such a pretty serious girl, then I prefer this
–Macaroons’ story- to help me describe about what success are. Success is
plural’s view, yours is not mine and vice versa, that’s the prologue ;)
Membuat Macaroons itu (TIDAK) Gampang :
Sebelum melanjutkan membaca
rangkaian kata berikut ini, coba geserkan sejenak mouse mu untuk find out
tentang apa itu Macaroons, dan keyword “gagal membuat Macaroons”. Berdasar data
detik ini, sedikitnya ada 35rb ++ entri an di Google yang memuat nya.
Whaaawww!! Dahsyat untuk ukuran suatu metode pembuatan kue.
si bantat yg unyuuu |
Seperti itu adanya, bagi yang
sudah pernah praktek membuat Macaroons, cookies satu ini bisa disebut sebagai the Lady. Syaratnya ngga banyak untuk
membuatnya menjadi sempurna, tapi bbuuuaaaannnyaaakk *pppssssttt ini tidak
lebay lhoo. Says :
·
Kelembaban tepung
·
“usia” putih telur dan icing sugar
·
Jangan dipenyet
·
Jangan terlalu “deras” saat memasukkan adonan ke
piping bag,
·
Dst dsb
Pun demikian halnya dengan
Sukses. Dalam pandangan saya, untuk mencapai klimaks sukses, syarat nya cukup
banyak. Dalam bentuk mind map, kira2 seperti ini “ramuan” sukses ala saya:
ala echa |
Mengawali kisah sukses, seseorang
perlu melakukan determinasi atas bentuk sukses yang ia inginkan. Dalam melakukan
determinasi, terbaik adalah jika sukses itu merupakan bagian dari hal-hal yang
kita sukai (passion). Prinsip bijak
menyatakan, “kita tidak pernah tahu
rahasia masa depan, gagal atau sukses itu cuma soal waktu, namun saat melakukan
hal yang kita sukai, skalipun kita gagal menjalaninya, at least we won’t regret
(tak ada penyesalan)”.
Pertanyaannya, apakah untuk
menjadi sukses seseorang harus melakukan sesuatu yang “hanya” merupakan
passionnya??. Tegas saya jawab : Tidak.
Menurut saya, hidup ini sudah cukup kompleks, saat plan A tidak
tercapai, plan B – Z masih tersedia bukan?? :)
Saya dan IIP
Saya mungkin termasuk yang
beruntung, karena saat ini, dan lebih tepatnya hampir 5 tahun belakangan ini,
saya bekerja secara professional di bidang yang sesuai passion saya, yaitu
dunia literasi dan pendidikan.
Bisa dikatakan, apa yang saya
capai hari ini, adalah determinasi saya semenjak saya kuliah di salah satu
Jurusan yang saya minati semata2 karena saya adalah seorang bookworm ;).
Saya masih ingat betul hari itu,
10 tahun yang lalu, saat saya masih berseragam putih abu – abu, dan Bapak saya
menyampaikan bahwa beliau tidak memiliki cukup dana untuk menyekolahkan saya di
perguruan tinggi.
Nangis? . Pasti. Tapi saya
bertekad harus go forward, niat, adalah sebaik baik penyelamat
seseorang dari jalan hidup yang tidak menyenangkan.
Saya kemudian mengumpulkan
sejumlah informasi dari kakak kelas dan kolega, dan Tarrraaa!! God Bless me, dalam daftar perguruan
tinggi penyelenggara SPMB (saat itu SNMPTN = SPMB),di Surabaya akan terdapat 1
jurusan yang tepat dengan passion saya yaitu Jurusan Ilmu Informasi dan
Perpustakaan (IIP).
Meski sempat ditentang oleh orang
tua yang menyangsikan peluang kerja di bidang ini nantinya, namun saya
bersikukuh untuk mencoba. Kenapa? Karena dari apa yang saya baca sejak di
bangku SMA dulu, profesi pustakawan dan information
scientist tergolong profesi yang sejalan dengan information era saat ini.
Waktu berjalan dan saya menjalani
perkuliahan dengan ke 22 teman saya lainnya dengan menyenangkan, 23 siswa dalam
satu kelas rasanya sudah seperti perkuliahan privat. Yang saya ingat, saya
termasuk mahasiswi yang ++ , + bandelnya (tukang telat hahahaha) +criwisnya
(hobi nya nanya2 ke dosen, sok akrab biar kesannya gak begok).
Saat berkuliah itu, sbagaimana
kehidupan khas mahasiswa pas pas an, saya juga bekerja part time. Apa saja, mulai dari jadi guru les privat (aritmatika) jadi
telemarketing kartu kredit, sampai buka jasa penelusuran bahan thesis dan
disertasi (this was my great business
ever!!) . Pokoknya halal dan jadi duit berwujud buku-buku dan uang
operasional kuliah.
Magang, magang, dan magang
Kesibukan membagi waktu antara
kuliah, bekerja part time dan berbisnis kecil-kecil an membuat fokusku
berkurang dalam hal akademis.
Di semester ke 3, ide cerdik
muncul di kepala, bermula dari tawaran kakak untuk ikut dalam proyek stock
opname perpustakaan di salah satu lembaga perbankan pemerintah, sejak saat itu,
setiap liburan semester, selalu aku manfaatkan untuk magang di perpustakaan.
Magang selalu menjadi pengalaman
yang menyenangkan, bagi anak kuliah,
bisa bertemu dengan dunia professional, melihat orang2 berbaju rapih sekali,
bangun pagi sekali, tidak boleh telat datang dan bersepatu tinggi yang berbunyi
tuk tuk di lantai, dalah oase tersendiri.
Pengalaman magang juga membuat softskill berkembang pesaaaatt
melesaatt, jika pada umumnya mahasiswa masih boring dalam merancang proposal
kegiatan, mengkomunikasikan ide dengan ngotot dan ngga jauh dari kata
“pokoknya”, maka pengalaman magang akan menyulap itu semua menjadi tiga kata : get it simpler.
Hidup udah sulit, jangan dibikin tambah sulit.
Kelak di dunia kerja, sulit
adalah kulit yang melekat di keseharian, jadi
lah pribadi yang serius tapi santai secara bersamaan. Untuk membuatnya menjadi
imbang.
Bekerja dan bermain, bersamaan, uuulalalaa \=D/ *dancing*
Pada skema mind map tentang
sukses, yang saya gambarkan di bagian sebelumnya, saya menyatakan bahwa sukses
memerlukan kesediaan untuk pro ekspan. Seperti itu pula yang saya terapkan
dalam pathway of success ala saya
yang saya jalani.
Saya bersyukur, institusi tempat
saya bekerja, dan tanggung jawab pekerjaan saya, masih membuat saya bisa
“bernapas” di sela2 rutinitas pekerjaan.
Didukung oleh ambience yang nyaman seperti ini foto
dibawah ini, melewati 40 jam perminggu nya untuk bekerja, menjadi tidak terasa membosankan.
Alhamdulillah.
Partner kerja yang baik, saya
percaya juga mendukung seseorang untuk lebih kreatif dibandingkan dengan orang
dengan posisi yang sama namun dengan partner kerja yang tidak menyenangkan.
Kompromi, pasti diperlukan dalam
bekerja (dan bahkan dalam berwirausaha), namun dalam hemat saya, bekerja dalam
lingkungan kerja yang baik akan sangat membantu seseorang untuk terus
berkembang menjadi pribadi yang lebih positif dan berprestasi.
Pun demikian yang saya alami, di
sela2 pekerjaan saya, masih dan selalu ada waktu untuk self achievement.
Saya jadi punya waktu cukup untuk
ikut berpartisipasi di sejumlah kompetisi, menjadi semifinalis Young Caring Professional Award 2010
adalah salah satu top achievement
saya di tahun ke dua bekerja, dilanjutkan dengan menjadi Conference Speaker pada event 3 tahunan 15th General
Conference of CONSAL (Congress of Southeast Asean Librarian) dengan
membawakan paper di hadapan delegasi dari negara2 sahabat, di tahun 2012.
Paper yang berjudul Al Faz : a Lighter After the Disaster,
merupakan hasil rekam akademis saya tentang bentuk bentuk intelegensia yang tercapture dalam kegiatan perpustakaan komunitas
di daerah pasca bencana (Lumpur Lapindo).
Pro ekspan, juga membuat saya
terus menggerakkan roda bisnis saya yg masih seimut liliput, yaitu di bidang
pemasaran kuliner, fashion dan yang terbaru adalah aneka kreasi scrap-art.
Bisnis selalu menyenangkan bagi saya, sekalipun keuntungan materi tidak selalu
maksimal didapat.
Amanah Rizki dan Rahmatan Lil Alamin
Kisah ini saya awali dengan hiruk
pikuk sukses membuat Macaroons, sedemikian panjang proses nya, namun melumer
seketika di lidah perasa kita.
Analogi tentang sukses pun
berlangsung kurang lebih sama, susaaahhh nian mencapainya, proses panjang dan
berulang seolah jadi biasa, but when its
happened, well it just happened.
Entah diri saya ini apa namanya,
maniak eksis mungkin? , tapi simply saya cuman ngga rela kalo proses panjang
itu hanya berakhir sebagai cerita atau rumor tentang sukses. Hanya terwakili
oleh simbol2 umum berwujud gadget, kendaraan, fashion, grup sosialisasi yang
diikuti dan sebagainya, dan seterusnya yang berwujud materi,
Menurut hemat saya, proses panjang
itu perlu melahirkan generasi sukses berikutnya, menyampaikan amanah rizki dan
ilmu kepada mereka yang berhak untuk itu.
Aktif kembali di komunitas
literasi, untuk kemudian mendistribusikan sumbangan2 buku ke taman baca serta
perlahan menyusun design untuk aktivitas kewirausahaan sosial yang saya beri
title “the banana movement”. Ini
menjadi jawaban atas pertanyaan pribadi saya, tentang klimaks dari sebuah
sukses, pada akhirnya.
tentang aku dan mereka |
Baaaiikklaahhh, saya kira materi
tentang sukses ala Macaroons cukup dulu sampai sekian,
saya sadar, bahwa ada bagian yang
saya skip dalam skema mind map of
success ala saya.
Dalam tulisan ini, saya hanya
mengulas tentang poin pertama yaitu : determinasi, dan poin terakhir yaitu pro
ekspan.
Ke – empat poin lainnya sengaja
saya lewati, kenapa?? Karna jika diberikan kesempatan, sungguh saya ingin
menyampaikannya dalam format diskusi dengan kalian, karena berdiskusi langsung
dengan kalian adalah salah satu hal terbaik yang Tuhan berikan dalam hidup saya ;)
hello perfect, I loovee u :) |
Mimpi cuma jadi mimpi
saat kita tidak bersedia terbangun dan menghampirinya,
Sukses cuma jadi
rangkaian pemanis mulut saat kita tidak bersedia mengotori badan kita dengan
peluh dan proses
Just go and get it,
guys!!
Komentar
Posting Komentar